PRICE OF PERSIA
THE SANDS OF TIME
( Butiran Waktu )
Disusun Oleh : Azizah Wildani
Judul : Prince Of Persia The Sands Of Time
( Butiran Waktu
)
Penulis :
Anonim
Jumlah/halaman :160
1.
Ringkasan/Sinopsis
Prince Of Persia
The Sands Of Time
( Butiran Waktu )
Kerajaan Persia pada suatu masa sedang dalam masa kejayaanya, kerajaan ini
dipimpin oleh seorang Raja yang arif dan bijaksana,yaitu Raja Sharaman. Sang
Raja mempunyai 2 orang putra, yang bernama Garsiv dan Tus. Dan Nizam adik
laki-laki sang raja bertakhta di kerajaan sebagai penasihat terpercaya. Namun
dalam perjalanannya sang raja mengambil seorang anak jalanan menjadi putra
ketiganya.
Hal ini disebabkan ia sangat tertarik dengan ketrampilan anak tersebut
dalam mengecoh tentara kerajaan yang akan menangkapnya disebuah pasar, saat si
anak membela temannya yang akan dihukum tentara kerajaan karena telah
mengagetkan iring iringan Sang Raja. Si anak tersebut bernama Dastan, dan
diangkatnya menjadi anak angkat raja Sharaman.
Dua belas tahun
kemudian...
Begitu Dastan dan saudara-saudaranya lelakinya beranjak dewasa, masing
mewakili peran penting yang sangat berbeda di kerajaan, namun sama pentingnya.
Tus yang bijaksana adalah otak kerajaan. Sebagai putra mahkota, suatu hari
kelak ia akan menjadi raja. Garsiv yang pemarah mewakili otot kerajaan. Ia tahu
suatu hari nanti ia akan menjadi pelaksana keputusan-keputusan yang dibuat Tus
sebagai raja. Dastan yang ceria adalah hati kerajaan. Ia adalah pangeran, tapi
juga mewakili rakyat jelata.
Karena hasutan Paman mereka yang bernama Nizam, mereka lalu bermaksud menguasai Negeri Alamut
yang dipimpin oleh seorang Putri yang Cantik Jelita bernama Tamina, dimana pada
waktu sebelumnya negeri Alamut ini tidak pernah bisa dikuasai oleh Kerajaan
lain karena hebatnya sistim pertahanan mereka. Mereka semua tahu raja Sharaman
telah mengintrusikan agar mereka tidak menyentuh kota itu. Tapi situasi
berubah, raja tidak tahu tentang hal itu.
Akhirnya mereka pun berniat menguasai Alamut. Malam itu Dastan memimpin
serangan berani mati ke Alamut. Seperti yang direncanakan Garsiv, Dastan
menilai serangan diam-diam akan lebih
efektif. Ia mengumpulkan para pengikutnya untuk melaksanakan rencananya ini.
Di bawah lindungan gelapnya malam, Dastan dan anak buahnya melumpuhkan
sebagian besar tembok pertahanan di Alamut. Begitu cahaya pagi pertama muncul,
pasukan Dastan sudah menguasai gerbang kota. Tus yang sedang di tenda,
mendengar suara orang-orang berlarian menuju tempat peperangan. Bergegas
keluar, ia menatap ke arah Alamut. Mengikuti Tus keluar, Garsiv berderap di
atas kuda menuju perang.
Sementara Dastan memimpin serangan diam-diamnya ke kota, Tamina berunding
dengan Dewan Ketua di Kuil Agung Alamut. Ketika kabar tentang serangan mencapai
telinganya, putri sedang berdoa khusyuk. Ketika Putri meramalkan doa, suara
gemuruh terdengar di seluruh kuil. Putri berlari menuju ruang tersembunyi dan
ia membungkus sebuah benda yang tidak terlihat ke dalam kain berbordir. Ia
mengerahkan benda itu kepada Asoka. Putri menyuruhnya untuk memindahkan benda
tersebut di tempat yang lebih aman dan tersembunyi dari serangan Persia.
Tidak boleh buang-buang waktu. Asoka berlari kencang melintasi
lorong-lorong. Dan menaiki kuda setelah sampai di istal kerajaan. Ia segera
melintasi gang dan sudah mendekati kebebasan. Tapi sesuatu menghalangi
pelariannya yaitu Pangeran Dastan. Mereka memulai pertarungan pedang yang
mematikan.
Tapi kemudian Dastan melukai Asoka, membuatnya jatuh ke tanah. Bungkusan
yang di bawa Asoka meluncur ke tanah. Dastan mengambil bungkusan itu. Ia
mendapati isinya adalah belati bertatakan permata. Gagangnya terbuat dari kaca
yang di penuhi pasir. Ia tersenyum dan menyelipkan belati itu di sabuknya dan
meninggalkan Asoka begitu saja.
Pasukan Raja telah mengambil alih seluruh Alamut. Ketiga pangeran sekarang
melangkah bersama-sama ke dalam istana untuk menghadapi Putri Tamina. Ketika
Dastan memasuki istana Putri Tamina melihat belati yang ada di sabuk Dastan.
Dengan pedih Tamina tahu kalau Asoka gagal menyeludupkan belati itu ke luar
kota.
Nizam paman mereka memberitahu bahwa Raja Sharaman telah hentikan
meditasinya. Dan akan bergabung dengan putra-putranya. Dia akan tiba sebelum
matahari terbenam esok hari. Ketiga pengeran Persia menunggu ayahnya. Mereka
yakin Raja akan bangga melihat mereka berhasil menduduki Alamut.
Tapi ketika Raja tiba, ia sama sekali tidak kelihatan bangga. Raja memang
menginginkannya jadi pemimpin, tapi jarang sekali membiarkannya bertindak
seperti pemimpin. Sharaman memikirkan ini. Ia menatap ke luar Alamut. Suka atau
tidak, kota suci ini sudah menjadi bagian kerajaan.
Dastan terkejut Tus tidak menghadiri jamuan. Tus menjelaskan bahwa Garsiv
dan Dastan bisa menikmati perayaan tanpa dirinya, karena ada hal penting yang
harus ia lakukan. Ternyata hadiah penghormatan untuk Raja belum mereka siapkan.
Mereka akhirnya merencanakan hadiah untuk raja. Mereka memberikan hadiah mereka
kepada raja saat jamuan untuk menghormati raja sedang berlangsung. Raja membuka
hadiahnya dan mengangkatnya tinggi-tinggi, Dan ternyata hadiah itu sebuah jubah
paling suci di tanah timur. Raja langsung memakainya.
Dastan juga memperkenalkan Tamina kepada ayahnya. Tus mengusulkan Raja
untuk meminang Puri Tamina untuk menyatukan rakyat Persia dan Alamut. Tapi
Dastan ragu untuk mengatakn itu kepada raja, karena takut raja menolak
permintaan Tus. Tapi putri dengan lancangnya ia mengatakan dihadapan raja bahwa
sebelum pasukan unta yang tolol itu menyerbu Alamut dia harus melihatnya dulu.
Bahwa kota Alamut memang cantik. Semua terdiam terperangah, mereka merasa
tersinggung oleh perkataan si putri. Tapi Sharaman tidak, Ia menganggap Putri
sangat berani dan berwibawa. Raja Sharaman takjub karena ia kelak mampu menjadi
ratu yang hebat.
Tiba-tiba Raja berteriak bahwa jubah yang ia kenakan rasanya membakar. Nizam berkata bahwa jubah
yang Dastan berikan kepada ayahnya beracun. Dan tiba-tiba wajah Nizam dipenuhi
kemarahan, Dastan berlari menuju ayahnya dan berteriak memanggil ayahnya yang
sudah terbaring di tanah. Terlambat, Raja sudah tiada. Tanpa berfikir panjang
Garsiv menoleh ke pengawal dan menyuruhnya menangkap Dastan.
Dalam sekejap ruangan berisik oleh suara langkah berat para pengawal yang
menghampiri Dastan. Tapi Dastan terlalu terpaku untuk bisa bergerak. Ia hanya
menatap ayahnya yang telah mangkat, hatinya sendiri nyaris hancur berantakan.
Bis seorang teman sejati Dastan yang menjadi teman Dastan waktu dia berada di jalanan
dengan gagah berani menarik Dastan dan mendorongnya ke depan pintu, persis
ketika batang tombak menancap di perut Bis. Hingga Bis mengerang dan jatuh ke
lantai.
Putri menyaksikan seluruh kejadian ini dari tempatnya Aula Besar. Ia tidak
bisa membiarkan Dastan melarikan diri atau terbunuh sebelum mendapatkan kembali
belati itu. Jika itu artinya ia harus membantu Dastan. Dastan melompat, begitu
pula Tamina. Keduanya terjun bebas di udara dan mendarat di air mancur bawah.
Secepat mungkin mereka melepaskan semua kuda kecuali satu. Dan mereka tunggangi
kuda milik raja. Waktu Dastan menoleh ia berpacu langsung ke arah gerbang yang tertutup, karena kecerdikan
Tamina gerbang pun terbuka. Tak lama kemudian Alamut menjauh di belakang
mereka.
Dastan dan Tamina berkuda melintasi padang pasir selama berjam-jam, hanya
berhenti ketika mencapai tepi sungai kecil. Mereka beristirahat di tempat itu.
Dastan yang sedang di landa kesedihan, Tamina yang menginginkan belatinya
kembali. Beberapa kali Tamina mencoba tuk mengambilnya dari sabuk Dastan, tapi
Dastan selalu menangkisnya, sehingga Tamina saat ini belum bisa meninggalkan
Dastan karena belati tersebut belum kembali ke tangannya.
Dengan belati dalam genggamannya, ibu jari Dastan mengusap ukiran disana. Tiba-tiba
Dastan menekan permata pada gagang belati. Sedikit pasir putih kemilau di dalam
gagang mengalir keluar. Ketika pasir terjatuh, dunia sekeliling Dastan
berhenti. Cahaya dan suara bercampur aduk, kemudian segalanya terasa bergerak
mundur. Saat Tamina melihat belati itu kembali, pasir yang ada di gagang belati
sudah kosong.
Keesok harinya Dastan hendak pergi ke kota suci Avrat, tempat raja-raja
Persia dikebumikan. Karena Garsiv pasti tak jauh di belakang Dastan. Dastan
ingin menemui pamannya yaitu Nizam, ia rasa Nizam bisa membantunya untuk
meyakinkan Tus dan Garsiv bahwa bukan ia yang membunuh ayahnya. Tapi Dastan
tidak melewati jalan yang biasa dilewati para prajurit Persia. Melainkan
melewati jalan Lembah Para Budak, yang konon adalah daerah paling menakutkan di
muka bumi.
Meski daerah itu sangat keras, mau tidak mau mereka harus melewatinya,
untuk menghindari para pasukan dari Persia. Mereka berpakaian seperti suku
Bedoin, untuk menyamarkan diri. Mereka akan menghadapi ancaman lebih besar jika
terlihat oleh orang-orang yang tahu tentang hadiah yang di tawarkan untuk
menangkap Dastan. Karena Tamina seseorang yang tidak terbiasa jalan di gurun ia
kehausan. Bekal mereka habis oleh Putri Tamina karena ia paling banyak minum.
Karena Tamina kehabisan cairan, ia pingsan tanpa sepengetahuan Dastan. Saat
Dastan menoleh ke belakang, Dastan melihat Tamina terbaring di tanah gurun yang
tandus. Saat Dastan hendak mengambil selimut untuk Tamina, mata Tamina terbuka
lebar dan persis saat itu Tamina memukul tengkuk Dastan dengan sepotong tulang.
Hingga Dastan tidak sadarkan diri. Putri Tamina bergegas mengambil belati yang
ada di sabuk Dastan, dan meninggalkan Dastan dengan kuda Dastan, ia melesat
kencang menjauhi Dastan.
Setelah Dastan siuman, ia terkejut dengan selusin lelaki di atas punggung
kuda yang mengepung Dastan yang tak berdaya itu. Pemimpin mereka bernama Sheikh
Amar. Tetapi Dastan menawari sesuatu yang membuat Sheikh Amar tertarik...
Tamina yang tak menghiraukan keadaan Dasta saat ini, ia tetap melanjutkan
perjalanannya ke Kuil Pelindung. Tak ada seorangpun yang tau tempat itu. Tamina
hendak menyembunyikan belati itu di tempat tersebut. Kini ia terlalu lelah
akhirnya ia istirahat sejenak. Gagang belati itu kosong, ternyata Tamina
mengenakan amulet kecil penuh pasir berpendara. Tamina mengisi belati yang
kosong tersebut dengan pasir yang ia simpan selama ini.
Saat Tamina menuangkan pasir ke gagang belati, dan belum sempat penuh
sekelompok penunggang kuda muuncul dari segala penjuru. Dan itu ternyata Dastan
dan para pengikut Sheikh Amar. Dastan tersenyum dan mencabut belati Tamina.
Dastan menjadikan Tamina sebagai pertukaran seperti unta. Tamina kini ada di
tangan mereka. Tamina di jadikan hadiah untuk pemenang balapan unta di Lembah
itu. Tapi mereka menyadari bahwa Dastan sebagai incaran kerajaan Persia. Dan
jika mereka menangkapnya mereka akan kaya. Akhirnya Dastan kabur dan membawa
Tamina keluar dari tempat itu. Karena mereka saling membutuhkan, mereka pergi
bersama kembali menunggangi kuda milik Dastan sebelumnya. Mereka melanjutkan
perjalanan mereka ke Avrat.
Saat mereka sampai di Avrat, keadaan jauh lebih menakutkan. Para prajurit
Persia dimana-mana. Dastan dengan nekat menyelinap diantara barisan orang-orang
di pemakaman dan ia berhasil menyelinapkan sepucuk surat di bawah pelana kuda
milik pamannya. Beberapa jam kemudian Nizam menemui Dastan, Tamina mendengarkan
semua pembicaraan mereka dengan bersembunyi. Dastan menjelaskan kejadian itu
semua bahwa bukan dia yang menaburkan bubuk racun di jubah Raja Sharaman.
Dastan mengira bahwa belati itu yang menyebabkan Tus menyerang Alamut. Tapi
Nizam tidak percaya dan tidak mau membantu Dastan.
Dastan melihat kedua tangan Nizam terbakar, Dastan mengingat kembali
kematian ayahnya, pamannya sama sekali tidak menyentuh jubah itu. Artinya kedua
tangannya hanya bisa terbakar akibat menyentuh racun kalau memang dialah yang
sejak semula meracuni jubah tersebut. Nizamlah sang pengkhianat. Dastan telah
sadar bahwa pamannya pembunuh Raja Shraman. Saat ia berbalik dan mulai lari,
prajurit ada dimana-mana. Ia terjebak. Dengan ketangkasan dia waktu menjadi
anak jalanan, ia memanjat dengan mahir seperti waktu menjadi bocah pembawa
pesan semasa kecil.
Garsiv pun turun tangan menghadapi adiknya, dengan marahnya ia mengayunkan
pedang ke tubuh Dastan tapi Dastan bisa menghindarinya. Dastan tidak mau
melukai kakaknya sendiri lalu ia menjatuhkan Garsiv ke tanah. Dastan hendak
menjelaskan semuanya. Tapi tak ada waktu untuk itu. Akhirnya ia mencoba kabur
dalam pertarungan itu. Ia harus menemukan Tamina dan belati itu.
Setelah Dastan tiba di tempat perkemahan, ia menemui seorang gadis tidur
terlelap di atas tanah, tidak lain adalah Tamina. Setelah Tamina sadar, Dastan menggeleng
dan mengatakan kepada Tamina bahwa itu lebih buruk lagi. Sementara kami bicara,
aku melihat bekas-bekas terbakar di kedua tangannya. Katanya itu terjadi ketika
berusaha menyingkirkan jubah beracun yang membunuh ayahku. Padahal pamanku sama
sekali tidak menyentuh jubah itu. Dastan mengira bahwa pamannya Nizam yang
telah membunuh ayahnya. Ia yang telah membubuhi racun ke jubah Sang Raja. Dia
benci menghabiskan hidupnya sebagai adik raja. Dia menginginkan takhta untuk
dirinya sendiri.
Saat Dastan melihat perhatian Tamina teralihkan, Dastan menyambar belati
darinya. Dastan mendesak Tamina untuk memberi tahu semua tentang belati itu.
Tamina menceritakan semua kepada Dastan, bahwa dahulu sekali, para dewa menatap
manusia dan tidak melihat apapun kecuali ketamakan dan pengkhianatan. Maka
mereka mengirimkan badai pasir besar untuk memusnakan segalanya, mengenyahkan
seluruh permukaan bumi. Tapi seorang gadis cilik selamat. Para dewa
mengamatinya. Melihat kemurnian dalam hatinya, para dewa jadi teringat bahwa
setiap manusia memiliki potensi kebaikan. Maka mereka mengembalikan manusia ke
bumi dan memasukkan semua pasir ke dalam
Jam Pasir.
Selama pasir mengalir di sana, waktu berjalan maju dan memastikan
keselamatan manusia. Jam Pasir itu mengendalikan waktu, mengingatkan kita bahwa
kita adalah makhluk fana. Bilahnya adalah satu-satunya benda yang mampu menusuk
kaca pada Jam Pasir dan mengeluarkan Butiran Waktu. Tapi gagangnya hanya cukup
menampung satu menit. Jika seorang meletakkan Belati di dalam Jam Pasir dan
menekan permatanya pada saat yang sama, kau bisa memundurkan waktu sejauh yang
kau inginkan.
Dastan memikirkan kisah favorit ayahnya, ketika ayahnya masih remaja, Nizam
menyelamatkan nyawanya selagi masih berburu, pamanku berniat kembali ke masa
lalu dan membatalkan tindakannya untuk tidak menyelamatkan ayahku. Itu akan
menjadikannya raja sepanjang masa hidupnya. Tamina meminta kembali belati itu
supaya di tempatkan di tempat yang lebih aman. Namun Dastan menolak karena
benda tersebut dapat meyakinkan kakak-kakaknya bahwa bukan dirinya yang
membunuh ayahnya, tapi pamannya Nizam. Mereka sepakat untuk membantu satu sama
lain.
Nizam khawatir karena Tus dan Garsiv bertekad menangkap Dastan dan
mengadilinya. Nizam meminta bantuan kepada Hasansin, dia sang mata-mata yang
membantu Nizam meyakinkan Tus untuk menyerang Alamut. Hasansin adalah sekte
jahat yang terdiri atas para pembunuh yang diusir dari kerajaan oleh Shraman.
Tamina dan Dastan melanjutkan perjalanan mereka menuju Kuil Agung, tapi di
perjalanan mereka di hadang oleh sekelompok Sheikh Amar. Mereka menjadi tawanan
mereka kembali untuk di serahkan kepada yang berwajib Persia. Tapi pada malam
itu mereka di hadang oleh kaum Hasansin. Mereka menginginkan belati yang ada di
tangan Dastan. Namun mereka berhasil kabur kawanan Hasansin. Dastan selalu
mengatakan kepada Sheikh Amar bahwa bukan ia yang membunuh ayahnya. Tapi Sheikh
Amar hanya tertawa.
Dastan juga meminta mereka untuk membantu Tamina dan Dastan untuk mencapai
kuil. Sheikh Amar tidak menghiraukan Dastan bicara. Tamina mengatakan bahwa
dikuil ada emas. Hal itu menarik perhatian Amar. Dastan, Sheikh Amar dan
anak-anak buahnya mengikuti Tamina, gadis itu memimpin jalan. Setelah menempuh
berhari-hari, mereka tiba di tempat yang cuacanya lebih bersahabat.
Saat mereka tiba di desa pertanian, mereka langsung di serbu oleh kawanan
Persia. Dan di pimpin oleh Garsiv, Garsiv menyodorkan pedang yang tajam ke
leher Dastan. Dastan lancang mengatakan kepada Garsiv bahwa Nizam menggunakan
Hasansin untuk memastikan itu tidak terjadi. Dia takut akan apa yang mungkin
kuucapkan. Garsiv menimbang-nimbang oleh perkataan Dastan dan perlahan-lahan
pedangnya di singkirkan dari leher Dastan. Garsiv memberi waktu untuk Dastan
menjelaskan semua. Dastan akhirnya menjelaskan semua.
Ketika Dastan akan menjelaskan semua, Hasansin menyerbu gerombolan mereka.
Mereka bertempur prajurit Persia dengan Hassansin. Saat mereka bertarung,
Dastan hanya memikirkan belati. Ia menoleh kesana kemari mencari Tamina. Ia
melihat Tamina sedang memanjat rumah batu. Dastan mengikutinya, setelah tiba di
atap ia melihat lorong rahasia menuju lokasi kuil tersembunyi itu. Dastan tahu
persis rencana Tamina. Gadis itu akan menyelamatkan Jam Pasir dengan cara
mengembalikan belati kepada para dewa dan mempersembahkan dirinya sebagai
korban. Tiba-tiba pertempuran mencapai mereka. Hasansin muncul di pintu masuk
kuil dan segera melesat ke arah Tamina serta belati.
Cambuk melilit tangan Tamina hingga dia terjerembab di tanah, cambuk
berikutnya hampir membelah dua tubuh Tamina. Namun Dastan menyelamatkan dengan
pedangnya. Tepat ketika Hasansin mencengkram Dastan, prajurit jatuh ke tanah.
Dastan menoleh Garsiv berhasil menyelamatkan nyawanya. Namun Garsiv sendiri
terkena pedang yang menghunuskannya. Dastan tahu tak ada yang bisa ia lakukan
untuk Garsiv, ia hanya memanjatkan doa tanpa suara.Kemudian ia tersadar
sekelilingnya kini hening. Pertempuran telah selesai, dan para Hasansin lenyap
misterius. Ia pergi untuk mencari Tamina, yang berdiri di pintu masuk gua.
Wajahnya memancarkan kepedihan belati yang ada di tangan Tamina hilang.
Tiga sosok berjubah Hasansin yang tersisa, ketiga pembunuh memasuki ruangan
Nizam. Ketiganya duduk dan salah satu ular berbisa di keluarkannya dari jubah
salah satu Hasansin. Sambil meluncurkan pedang, si pembunuh membelah perut
ular. Belati itu di sembunyikan di perut reptil tersebut. Dan di simpannya di
Kuil Agung yang di jaga sangat ketat.
Amar dan anak buahnya Seso, ia bertekat mengambilnya. Dengan sekuat tenaga
Seso akhirnya berhasil mengambil belati itu dan di lemparkannya melalui sebuah
jendela dan menancap di pohon dekat Amar berdiri. Amar lalu menyerahkan belati
itu kepada Dastan. Dastan di bantu Tamina menuju ruangan Tus, Dastan hendak
menjelaskan semua terhadap Tus. Tamina bersembunyi di balkon sementara Dastan
menunggu kedatangan kakaknya.
Ketika Tus memasuki ruangan ia terkejut dengan adanya Dastan di ruangannya.
Dastan bisa menjelaskan kepada kakaknya dengan adanya belati itu. Ia
menjelaskan semua dengan menunjukan sesuatu terhadap Tus. Ia menyuruh Tus untuk
menekan permata di gagang belati itu. Dastan mengutip kata-kata ayahnya sambil
menikam jantungnya sendiri dengan belati. Ia terjatuh berlutut, memuntahkan
darah saat menengadah menatap kakaknya terenyak.
Di balkon Tamina menahan jerit, Nizam berhambur ke dalam ruangan. Saat itu
Tus langsung memungut belati itu sebelum Nizam mengambilnya terlebih dahulu.
Tus menekan permatanya. Mendadak dunia sekelilingnya membeku dan mulai bergerak
mundur. Tus menyaksikan semua terbentang dihadapannya dengan terperangah ketika Nizam
mundur dari ruangan dan jasad Dastan hidup kembali. Butir pasir terakhir
menitik persis sebelum Dastan menikamkan belati ke dadanya.
Sekali lagi ia bergerak untuk menusukkan belati ke dadanya, tapi kali ini
Tus meraih dan mencengkram pergelangan tangannya, menghentikannya. Dastan
terbengelak melihat isi gagang belati itu kosong. Ia saling berbagi senyuman
dengan Tus. Dastan tersenyum dan merentangkan tangan untuk memeluk Tus. Tapi
seperti sebelumnya, Nizam berhambur ke dalam ruangan. Kemudian ia menatap ke
bawah dan menyadari belati yang akan di serahkan Dastan kepada Tus. Tanpa
keraguan Nizam menebas tubuh Tus dengan pedang yang dicabutnya. Dastan menjerit
ketika belati terpelanting dari tangan Tus dan meluncur di lantai.
Dastan melontarkan tubuh untuk meraihnya, tapi belati itu lebih dulu di
pungut oleh kaum Hasansin. Nizam tidak mengindahkan sang pangeran. Ia membawa
belati dan meninggalkan ruangan. Si Hasansin tinggal disana siap membunuh
Dastan. Tapi Nizam tak tahu keberadaan Tamina, Tamina menjerit dan mendorong
Hasansin hingga terhuyung dan memberi Dastan untuk beraksi.
Setelah mampu melepaskan diri dari Hasansin, Tamina dan Dastan lari
mengejar Nizam. Para pelindung membangun lorong-lorong di bawah kota sebagai
jalan rahasia menuju Jam Pasir. Mereka bisa tiba di sana sebelum Nizam jika
bergerak cukup cepat. Tiba-tiba daerah Alamut bergoncang, Tamina mengatakan
bahwa pintu masuk menuju Jam Pasir telah dibobol oleh Nizam, artiya Nizam
hampir sampai. Mereka di hadang oleh Hasansin dan mengeluarkan ular berbisa
dari tubuhnya. Ketika Dastan hampir di gigit ular tersebut, Tamina membantunya
melawan Hasansin. Si pembunuh terhuyung dan melangkah mundur, terjatuh ke
lubang tanpa dasar.
Tamina terkena dua titik gigitan ular berbisa, Tamina melemas dan hampir
jatuh ke tanah. Tapi Tamina menyuruh Dastan untuk cepat tiba di Jam Pasir.
Tamina menunjuk koridor yang mengarah ke cahaya terang. Pancaran cahaya dari
Butiran Waktu. Sambil menggendong Tamina, Dastan menyusuri koridor hingga tiba
di ruangan Jam Pasir yang luas.
Jam Pasir Para Dewa sungguh menakjubkan. Benar-benar kolosal dan menjulang
ke atas ruangan berlangit-langit kubah tersebut. Pasirnya yang putih
memancarkan cahaya menakutkan yang menari-nari di udara. Ketika Dastan
menatapnya, ia bisa melihat bayang-bayang waktu berpendar di dalam kaca
potongan-potongan kecil kehidupannya sendiri.
Nizam begitu masuk ke Jam Pasir tersebut belum menyadari bahwa ada Dastan
di ruangan itu. Saat Nizam akan menancapkan
belati itu, Dastan melangkah keluar dari bayangan dengan pedang
terhunus. Dastan ragu sesaat. Tapi sesaat itu terlalu lama, Nizam mencabut
pisau dari balik jubahnya dan mengiris perut pangeran. Dastan terjerambab ke
tanah. Nizam menyambar belati dan menancapkannya ke Jam Pasir Para Dewa. Ia
menekan permata dan aliran pasir tanpa batas mulai mengalir melalui gagang
kacanya. Tiba-tiba dunia sekeliling mereka mulai melengkung waktu berjalan mundur.
Kacanya mulai retak dan sepertinya pasti akan pecah. Nizam menekan belati
semakin ke dalam kaca. Ketika mereka bergemul, citra-citra masa lalu melesat
lewat. Mereka melihat Nizam saling menfitnah ketiga pangeran. Bersekongkol
dengan para Hasansin. Waktu terus berjalan mundur, dengan citra-citra Sharaman menjerit kesakitan ketika ia
mengenakan jubah beracun. Nizam menyunggingkan senyum culas pada saat itu, lalu
kemarahan dalam diri Dastan memberinya kekuatan ekstra. Ia mulai menarik lebih
kuat. Akhirnya kekuatan dan keteguhan hatinya menang melawan Nizam. Ia berhasil
merebut belati dari tangan pamannya dan keluar dari Jam Pasir Para Dewa.
Ketika melakukannya, waktu berhenti berjalan mundur dan retakan mulai
memperbaiki sendiri. Tapi kerusakan telah terjadi. Pasir yang telah terlepas
terus mengalir, menciptakan arus deras. Dalam beberapa detik Dastan dan Nizam
tersedot ke dalamnya dan terseret pergi...
Ketika badai pasir reda, Dastan sudah tidak lagi berada di bawah kota
Alamut, ia sendirian di jalanan. Nizam tidak ada. Atau setidaknya, Nizam yang
mengingat kejadian-kejadian di ruangan bawah tanah it sudah tiada. Pasir telah
berhenti mengalir, tapi Dastan tetap dibawa mundur oleh waktu, ke saat
penyerangan terhadap Alamut. Ia baru saja bertarung dengan si prajurit Asoka
dan menemukan belati.
Dastan memikirkan kembali seluruh kerja keras dan petualangan yang baru
saja dialaminya. Ia telah menyaksikan kejahatan paling keji yang hidup dalam
diri manusia. Dalam diri Putri Tamina ia melihat kecantikan, kekuatan dan cinta
yang tak pernah terbayangkan olehnya. Ia telah berhadapan dengan kematian dan
berhasil lolos. Sekarang saat-saat itu telah dihapus oleh sejarah. Tak ada yang
tahu kejadian-kejadian itu pernah berlangsung. Kecuali Dastan, meski banyak
kesulitan yang dihadapinya, peristiwa-peristiwa itu tidak membuatnya lemah.
Segalanya malah membuatnya semakin kuat. Ia siap menghadapi masa depan, tidak
sebagai lelaki baik, melainkan sebagai lelaki yang hebat.
Ia tak sabar untuk bertemu lagi dengan Tamina lagi. Ia tak sabar untuk
membuktikan bahwa Nizam adalah pengkhianat dan tak sabar untuk memeluk
kakak-kakaknya serta ayahnya. Dia adalah, sekali lagi, pangeran Persia, pedang
itu kuat.
Tamat
Amanat :
1.
Suatu
keberanian dan kejujuran adalah kunci menjadi seseorang yang hebat.
2.
Janganlah kau
menyia-nyiakan waktu, gunakan waktu sebaik mungkin !
3.
Semakin banyak
kesulitan yang kita hadapi, semakin membuat kita lebih kuat.
4.
Kita harus rela berkorban demi kepentingan
bersama.
5.
Kelicikan bukanlah
suatu untuk menuju sukses, tapi kejujuranlah yang membuat kita mencapai segala
cita-cita kita.
ok
BalasHapusBuy Pure Titanium Earrings and Accessories
BalasHapusBuy Pure Titanium titanium easy flux 125 Earrings and Accessories at iTanium-Arts.com. We ship from titanium pry bar Germany for titanium gold over titanium necklace 45 does titanium have nickel in it years and deliver over 100% natural Material: Nylon, ClothingMaterial: Nylon, Clothing