"Welcome to My blog"

Jumat, 02 November 2012

Sinopsis Novel Prince Of Persia The Sands of Time




 PRICE OF PERSIA
THE SANDS OF TIME
( Butiran Waktu )

Disusun Oleh         : Azizah Wildani

Judul                                : Prince Of Persia The Sands Of Time
  ( Butiran Waktu )
Penulis                               : Anonim
Jumlah/halaman                 :160



1.        Ringkasan/Sinopsis


Prince Of Persia
The Sands Of Time
( Butiran Waktu )

Kerajaan Persia pada suatu masa sedang dalam masa kejayaanya, kerajaan ini dipimpin oleh seorang Raja yang arif dan bijaksana,yaitu Raja Sharaman. Sang Raja mempunyai 2 orang putra, yang bernama Garsiv dan Tus. Dan Nizam adik laki-laki sang raja bertakhta di kerajaan sebagai penasihat terpercaya. Namun dalam perjalanannya sang raja mengambil seorang anak jalanan menjadi putra ketiganya. 

Hal ini disebabkan ia sangat tertarik dengan ketrampilan anak tersebut dalam mengecoh tentara kerajaan yang akan menangkapnya disebuah pasar, saat si anak membela temannya yang akan dihukum tentara kerajaan karena telah mengagetkan iring iringan Sang Raja. Si anak tersebut bernama Dastan, dan diangkatnya menjadi anak angkat raja Sharaman.

Dua belas tahun kemudian...


Begitu Dastan dan saudara-saudaranya lelakinya beranjak dewasa, masing mewakili peran penting yang sangat berbeda di kerajaan, namun sama pentingnya.

Tus yang bijaksana adalah otak kerajaan. Sebagai putra mahkota, suatu hari kelak ia akan menjadi raja. Garsiv yang pemarah mewakili otot kerajaan. Ia tahu suatu hari nanti ia akan menjadi pelaksana keputusan-keputusan yang dibuat Tus sebagai raja. Dastan yang ceria adalah hati kerajaan. Ia adalah pangeran, tapi juga mewakili rakyat jelata.

Karena hasutan Paman mereka yang bernama Nizam,  mereka lalu bermaksud menguasai Negeri Alamut yang dipimpin oleh seorang Putri yang Cantik Jelita bernama Tamina, dimana pada waktu sebelumnya negeri Alamut ini tidak pernah bisa dikuasai oleh Kerajaan lain karena hebatnya sistim pertahanan mereka. Mereka semua tahu raja Sharaman telah mengintrusikan agar mereka tidak menyentuh kota itu. Tapi situasi berubah, raja tidak tahu tentang hal itu.

Akhirnya mereka pun berniat menguasai Alamut. Malam itu Dastan memimpin serangan berani mati ke Alamut. Seperti yang direncanakan Garsiv, Dastan menilai serangan  diam-diam akan lebih efektif. Ia mengumpulkan para pengikutnya untuk melaksanakan rencananya ini.

Di bawah lindungan gelapnya malam, Dastan dan anak buahnya melumpuhkan sebagian besar tembok pertahanan di Alamut. Begitu cahaya pagi pertama muncul, pasukan Dastan sudah menguasai gerbang kota. Tus yang sedang di tenda, mendengar suara orang-orang berlarian menuju tempat peperangan. Bergegas keluar, ia menatap ke arah Alamut. Mengikuti Tus keluar, Garsiv berderap di atas kuda menuju perang.

Sementara Dastan memimpin serangan diam-diamnya ke kota, Tamina berunding dengan Dewan Ketua di Kuil Agung Alamut. Ketika kabar tentang serangan mencapai telinganya, putri sedang berdoa khusyuk. Ketika Putri meramalkan doa, suara gemuruh terdengar di seluruh kuil. Putri berlari menuju ruang tersembunyi dan ia membungkus sebuah benda yang tidak terlihat ke dalam kain berbordir. Ia mengerahkan benda itu kepada Asoka. Putri menyuruhnya untuk memindahkan benda tersebut di tempat yang lebih aman dan tersembunyi dari serangan Persia.

Tidak boleh buang-buang waktu. Asoka berlari kencang melintasi lorong-lorong. Dan menaiki kuda setelah sampai di istal kerajaan. Ia segera melintasi gang dan sudah mendekati kebebasan. Tapi sesuatu menghalangi pelariannya yaitu Pangeran Dastan. Mereka memulai pertarungan pedang yang mematikan.

Tapi kemudian Dastan melukai Asoka, membuatnya jatuh ke tanah. Bungkusan yang di bawa Asoka meluncur ke tanah. Dastan mengambil bungkusan itu. Ia mendapati isinya adalah belati bertatakan permata. Gagangnya terbuat dari kaca yang di penuhi pasir. Ia tersenyum dan menyelipkan belati itu di sabuknya dan meninggalkan Asoka begitu saja.
                                                              


Pasukan Raja telah mengambil alih seluruh Alamut. Ketiga pangeran sekarang melangkah bersama-sama ke dalam istana untuk menghadapi Putri Tamina. Ketika Dastan memasuki istana Putri Tamina melihat belati yang ada di sabuk Dastan. Dengan pedih Tamina tahu kalau Asoka gagal menyeludupkan belati itu ke luar kota.

Nizam paman mereka memberitahu bahwa Raja Sharaman telah hentikan meditasinya. Dan akan bergabung dengan putra-putranya. Dia akan tiba sebelum matahari terbenam esok hari. Ketiga pengeran Persia menunggu ayahnya. Mereka yakin Raja akan bangga melihat mereka berhasil menduduki Alamut.

Tapi ketika Raja tiba, ia sama sekali tidak kelihatan bangga. Raja memang menginginkannya jadi pemimpin, tapi jarang sekali membiarkannya bertindak seperti pemimpin. Sharaman memikirkan ini. Ia menatap ke luar Alamut. Suka atau tidak, kota suci ini sudah menjadi bagian kerajaan.

Dastan terkejut Tus tidak menghadiri jamuan. Tus menjelaskan bahwa Garsiv dan Dastan bisa menikmati perayaan tanpa dirinya, karena ada hal penting yang harus ia lakukan. Ternyata hadiah penghormatan untuk Raja belum mereka siapkan. Mereka akhirnya merencanakan hadiah untuk raja. Mereka memberikan hadiah mereka kepada raja saat jamuan untuk menghormati raja sedang berlangsung. Raja membuka hadiahnya dan mengangkatnya tinggi-tinggi, Dan ternyata hadiah itu sebuah jubah paling suci di tanah timur. Raja langsung memakainya.

Dastan juga memperkenalkan Tamina kepada ayahnya. Tus mengusulkan Raja untuk meminang Puri Tamina untuk menyatukan rakyat Persia dan Alamut. Tapi Dastan ragu untuk mengatakn itu kepada raja, karena takut raja menolak permintaan Tus. Tapi putri dengan lancangnya ia mengatakan dihadapan raja bahwa sebelum pasukan unta yang tolol itu menyerbu Alamut dia harus melihatnya dulu. Bahwa kota Alamut memang cantik. Semua terdiam terperangah, mereka merasa tersinggung oleh perkataan si putri. Tapi Sharaman tidak, Ia menganggap Putri sangat berani dan berwibawa. Raja Sharaman takjub karena ia kelak mampu menjadi ratu yang hebat.

Tiba-tiba Raja berteriak bahwa jubah yang ia kenakan  rasanya membakar. Nizam berkata bahwa jubah yang Dastan berikan kepada ayahnya beracun. Dan tiba-tiba wajah Nizam dipenuhi kemarahan, Dastan berlari menuju ayahnya dan berteriak memanggil ayahnya yang sudah terbaring di tanah. Terlambat, Raja sudah tiada. Tanpa berfikir panjang Garsiv menoleh ke pengawal dan menyuruhnya menangkap Dastan.

Dalam sekejap ruangan berisik oleh suara langkah berat para pengawal yang menghampiri Dastan. Tapi Dastan terlalu terpaku untuk bisa bergerak. Ia hanya menatap ayahnya yang telah mangkat, hatinya sendiri nyaris hancur berantakan. Bis seorang teman sejati Dastan yang menjadi teman Dastan waktu dia berada di jalanan dengan gagah berani menarik Dastan dan mendorongnya ke depan pintu, persis ketika batang tombak menancap di perut Bis. Hingga Bis mengerang dan jatuh ke lantai.

Putri menyaksikan seluruh kejadian ini dari tempatnya Aula Besar. Ia tidak bisa membiarkan Dastan melarikan diri atau terbunuh sebelum mendapatkan kembali belati itu. Jika itu artinya ia harus membantu Dastan. Dastan melompat, begitu pula Tamina. Keduanya terjun bebas di udara dan mendarat di air mancur bawah. Secepat mungkin mereka melepaskan semua kuda kecuali satu. Dan mereka tunggangi kuda milik raja. Waktu Dastan menoleh ia berpacu langsung ke arah gerbang yang tertutup, karena kecerdikan Tamina gerbang pun terbuka. Tak lama kemudian Alamut menjauh di belakang mereka.

Dastan dan Tamina berkuda melintasi padang pasir selama berjam-jam, hanya berhenti ketika mencapai tepi sungai kecil. Mereka beristirahat di tempat itu. Dastan yang sedang di landa kesedihan, Tamina yang menginginkan belatinya kembali. Beberapa kali Tamina mencoba tuk mengambilnya dari sabuk Dastan, tapi Dastan selalu menangkisnya, sehingga Tamina saat ini belum bisa meninggalkan Dastan karena belati tersebut belum kembali ke tangannya.

Dengan belati dalam genggamannya, ibu jari Dastan mengusap ukiran disana. Tiba-tiba Dastan menekan permata pada gagang belati. Sedikit pasir putih kemilau di dalam gagang mengalir keluar. Ketika pasir terjatuh, dunia sekeliling Dastan berhenti. Cahaya dan suara bercampur aduk, kemudian segalanya terasa bergerak mundur. Saat Tamina melihat belati itu kembali, pasir yang ada di gagang belati sudah kosong.

Keesok harinya Dastan hendak pergi ke kota suci Avrat, tempat raja-raja Persia dikebumikan. Karena Garsiv pasti tak jauh di belakang Dastan. Dastan ingin menemui pamannya yaitu Nizam, ia rasa Nizam bisa membantunya untuk meyakinkan Tus dan Garsiv bahwa bukan ia yang membunuh ayahnya. Tapi Dastan tidak melewati jalan yang biasa dilewati para prajurit Persia. Melainkan melewati jalan Lembah Para Budak, yang konon adalah daerah paling menakutkan di muka bumi.

Meski daerah itu sangat keras, mau tidak mau mereka harus melewatinya, untuk menghindari para pasukan dari Persia. Mereka berpakaian seperti suku Bedoin, untuk menyamarkan diri. Mereka akan menghadapi ancaman lebih besar jika terlihat oleh orang-orang yang tahu tentang hadiah yang di tawarkan untuk menangkap Dastan. Karena Tamina seseorang yang tidak terbiasa jalan di gurun ia kehausan. Bekal mereka habis oleh Putri Tamina karena ia paling banyak minum.

Karena Tamina kehabisan cairan, ia pingsan tanpa sepengetahuan Dastan. Saat Dastan menoleh ke belakang, Dastan melihat Tamina terbaring di tanah gurun yang tandus. Saat Dastan hendak mengambil selimut untuk Tamina, mata Tamina terbuka lebar dan persis saat itu Tamina memukul tengkuk Dastan dengan sepotong tulang. Hingga Dastan tidak sadarkan diri. Putri Tamina bergegas mengambil belati yang ada di sabuk Dastan, dan meninggalkan Dastan dengan kuda Dastan, ia melesat kencang menjauhi Dastan.

Setelah Dastan siuman, ia terkejut dengan selusin lelaki di atas punggung kuda yang mengepung Dastan yang tak berdaya itu. Pemimpin mereka bernama Sheikh Amar. Tetapi Dastan menawari sesuatu yang membuat Sheikh Amar tertarik...

Tamina yang tak menghiraukan keadaan Dasta saat ini, ia tetap melanjutkan perjalanannya ke Kuil Pelindung. Tak ada seorangpun yang tau tempat itu. Tamina hendak menyembunyikan belati itu di tempat tersebut. Kini ia terlalu lelah akhirnya ia istirahat sejenak. Gagang belati itu kosong, ternyata Tamina mengenakan amulet kecil penuh pasir berpendara. Tamina mengisi belati yang kosong tersebut dengan pasir yang ia simpan selama ini.

Saat Tamina menuangkan pasir ke gagang belati, dan belum sempat penuh sekelompok penunggang kuda muuncul dari segala penjuru. Dan itu ternyata Dastan dan para pengikut Sheikh Amar. Dastan tersenyum dan mencabut belati Tamina. Dastan menjadikan Tamina sebagai pertukaran seperti unta. Tamina kini ada di tangan mereka. Tamina di jadikan hadiah untuk pemenang balapan unta di Lembah itu. Tapi mereka menyadari bahwa Dastan sebagai incaran kerajaan Persia. Dan jika mereka menangkapnya mereka akan kaya. Akhirnya Dastan kabur dan membawa Tamina keluar dari tempat itu. Karena mereka saling membutuhkan, mereka pergi bersama kembali menunggangi kuda milik Dastan sebelumnya. Mereka melanjutkan perjalanan mereka ke Avrat.

Saat mereka sampai di Avrat, keadaan jauh lebih menakutkan. Para prajurit Persia dimana-mana. Dastan dengan nekat menyelinap diantara barisan orang-orang di pemakaman dan ia berhasil menyelinapkan sepucuk surat di bawah pelana kuda milik pamannya. Beberapa jam kemudian Nizam menemui Dastan, Tamina mendengarkan semua pembicaraan mereka dengan bersembunyi. Dastan menjelaskan kejadian itu semua bahwa bukan dia yang menaburkan bubuk racun di jubah Raja Sharaman. Dastan mengira bahwa belati itu yang menyebabkan Tus menyerang Alamut. Tapi Nizam tidak percaya dan tidak mau membantu Dastan.

Dastan melihat kedua tangan Nizam terbakar, Dastan mengingat kembali kematian ayahnya, pamannya sama sekali tidak menyentuh jubah itu. Artinya kedua tangannya hanya bisa terbakar akibat menyentuh racun kalau memang dialah yang sejak semula meracuni jubah tersebut. Nizamlah sang pengkhianat. Dastan telah sadar bahwa pamannya pembunuh Raja Shraman. Saat ia berbalik dan mulai lari, prajurit ada dimana-mana. Ia terjebak. Dengan ketangkasan dia waktu menjadi anak jalanan, ia memanjat dengan mahir seperti waktu menjadi bocah pembawa pesan semasa kecil.

Garsiv pun turun tangan menghadapi adiknya, dengan marahnya ia mengayunkan pedang ke tubuh Dastan tapi Dastan bisa menghindarinya. Dastan tidak mau melukai kakaknya sendiri lalu ia menjatuhkan Garsiv ke tanah. Dastan hendak menjelaskan semuanya. Tapi tak ada waktu untuk itu. Akhirnya ia mencoba kabur dalam pertarungan itu. Ia harus menemukan Tamina dan belati itu.

Setelah Dastan tiba di tempat perkemahan, ia menemui seorang gadis tidur terlelap di atas tanah, tidak lain adalah Tamina. Setelah Tamina sadar, Dastan menggeleng dan mengatakan kepada Tamina bahwa itu lebih buruk lagi. Sementara kami bicara, aku melihat bekas-bekas terbakar di kedua tangannya. Katanya itu terjadi ketika berusaha menyingkirkan jubah beracun yang membunuh ayahku. Padahal pamanku sama sekali tidak menyentuh jubah itu. Dastan mengira bahwa pamannya Nizam yang telah membunuh ayahnya. Ia yang telah membubuhi racun ke jubah Sang Raja. Dia benci menghabiskan hidupnya sebagai adik raja. Dia menginginkan takhta untuk dirinya sendiri.

Saat Dastan melihat perhatian Tamina teralihkan, Dastan menyambar belati darinya. Dastan mendesak Tamina untuk memberi tahu semua tentang belati itu. Tamina menceritakan semua kepada Dastan, bahwa dahulu sekali, para dewa menatap manusia dan tidak melihat apapun kecuali ketamakan dan pengkhianatan. Maka mereka mengirimkan badai pasir besar untuk memusnakan segalanya, mengenyahkan seluruh permukaan bumi. Tapi seorang gadis cilik selamat. Para dewa mengamatinya. Melihat kemurnian dalam hatinya, para dewa jadi teringat bahwa setiap manusia memiliki potensi kebaikan. Maka mereka mengembalikan manusia ke bumi dan memasukkan semua  pasir ke dalam Jam Pasir.

Selama pasir mengalir di sana, waktu berjalan maju dan memastikan keselamatan manusia. Jam Pasir itu mengendalikan waktu, mengingatkan kita bahwa kita adalah makhluk fana. Bilahnya adalah satu-satunya benda yang mampu menusuk kaca pada Jam Pasir dan mengeluarkan Butiran Waktu. Tapi gagangnya hanya cukup menampung satu menit. Jika seorang meletakkan Belati di dalam Jam Pasir dan menekan permatanya pada saat yang sama, kau bisa memundurkan waktu sejauh yang kau inginkan.

Dastan memikirkan kisah favorit ayahnya, ketika ayahnya masih remaja, Nizam menyelamatkan nyawanya selagi masih berburu, pamanku berniat kembali ke masa lalu dan membatalkan tindakannya untuk tidak menyelamatkan ayahku. Itu akan menjadikannya raja sepanjang masa hidupnya. Tamina meminta kembali belati itu supaya di tempatkan di tempat yang lebih aman. Namun Dastan menolak karena benda tersebut dapat meyakinkan kakak-kakaknya bahwa bukan dirinya yang membunuh ayahnya, tapi pamannya Nizam. Mereka sepakat untuk membantu satu sama lain.

Nizam khawatir karena Tus dan Garsiv bertekad menangkap Dastan dan mengadilinya. Nizam meminta bantuan kepada Hasansin, dia sang mata-mata yang membantu Nizam meyakinkan Tus untuk menyerang Alamut. Hasansin adalah sekte jahat yang terdiri atas para pembunuh yang diusir dari kerajaan oleh Shraman.

Tamina dan Dastan melanjutkan perjalanan mereka menuju Kuil Agung, tapi di perjalanan mereka di hadang oleh sekelompok Sheikh Amar. Mereka menjadi tawanan mereka kembali untuk di serahkan kepada yang berwajib Persia. Tapi pada malam itu mereka di hadang oleh kaum Hasansin. Mereka menginginkan belati yang ada di tangan Dastan. Namun mereka berhasil kabur kawanan Hasansin. Dastan selalu mengatakan kepada Sheikh Amar bahwa bukan ia yang membunuh ayahnya. Tapi Sheikh Amar hanya tertawa.

Dastan juga meminta mereka untuk membantu Tamina dan Dastan untuk mencapai kuil. Sheikh Amar tidak menghiraukan Dastan bicara. Tamina mengatakan bahwa dikuil ada emas. Hal itu menarik perhatian Amar. Dastan, Sheikh Amar dan anak-anak buahnya mengikuti Tamina, gadis itu memimpin jalan. Setelah menempuh berhari-hari, mereka tiba di tempat yang cuacanya lebih bersahabat.

Saat mereka tiba di desa pertanian, mereka langsung di serbu oleh kawanan Persia. Dan di pimpin oleh Garsiv, Garsiv menyodorkan pedang yang tajam ke leher Dastan. Dastan lancang mengatakan kepada Garsiv bahwa Nizam menggunakan Hasansin untuk memastikan itu tidak terjadi. Dia takut akan apa yang mungkin kuucapkan. Garsiv menimbang-nimbang oleh perkataan Dastan dan perlahan-lahan pedangnya di singkirkan dari leher Dastan. Garsiv memberi waktu untuk Dastan menjelaskan semua. Dastan akhirnya menjelaskan semua.

Ketika Dastan akan menjelaskan semua, Hasansin menyerbu gerombolan mereka. Mereka bertempur prajurit Persia dengan Hassansin. Saat mereka bertarung, Dastan hanya memikirkan belati. Ia menoleh kesana kemari mencari Tamina. Ia melihat Tamina sedang memanjat rumah batu. Dastan mengikutinya, setelah tiba di atap ia melihat lorong rahasia menuju lokasi kuil tersembunyi itu. Dastan tahu persis rencana Tamina. Gadis itu akan menyelamatkan Jam Pasir dengan cara mengembalikan belati kepada para dewa dan mempersembahkan dirinya sebagai korban. Tiba-tiba pertempuran mencapai mereka. Hasansin muncul di pintu masuk kuil dan segera melesat ke arah Tamina serta belati.

Cambuk melilit tangan Tamina hingga dia terjerembab di tanah, cambuk berikutnya hampir membelah dua tubuh Tamina. Namun Dastan menyelamatkan dengan pedangnya. Tepat ketika Hasansin mencengkram Dastan, prajurit jatuh ke tanah. Dastan menoleh Garsiv berhasil menyelamatkan nyawanya. Namun Garsiv sendiri terkena pedang yang menghunuskannya. Dastan tahu tak ada yang bisa ia lakukan untuk Garsiv, ia hanya memanjatkan doa tanpa suara.Kemudian ia tersadar sekelilingnya kini hening. Pertempuran telah selesai, dan para Hasansin lenyap misterius. Ia pergi untuk mencari Tamina, yang berdiri di pintu masuk gua. Wajahnya memancarkan kepedihan belati yang ada di tangan Tamina hilang.

Tiga sosok berjubah Hasansin yang tersisa, ketiga pembunuh memasuki ruangan Nizam. Ketiganya duduk dan salah satu ular berbisa di keluarkannya dari jubah salah satu Hasansin. Sambil meluncurkan pedang, si pembunuh membelah perut ular. Belati itu di sembunyikan di perut reptil tersebut. Dan di simpannya di Kuil Agung yang di jaga sangat ketat.

Amar dan anak buahnya Seso, ia bertekat mengambilnya. Dengan sekuat tenaga Seso akhirnya berhasil mengambil belati itu dan di lemparkannya melalui sebuah jendela dan menancap di pohon dekat Amar berdiri. Amar lalu menyerahkan belati itu kepada Dastan. Dastan di bantu Tamina menuju ruangan Tus, Dastan hendak menjelaskan semua terhadap Tus. Tamina bersembunyi di balkon sementara Dastan menunggu kedatangan kakaknya.

Ketika Tus memasuki ruangan ia terkejut dengan adanya Dastan di ruangannya. Dastan bisa menjelaskan kepada kakaknya dengan adanya belati itu. Ia menjelaskan semua dengan menunjukan sesuatu terhadap Tus. Ia menyuruh Tus untuk menekan permata di gagang belati itu. Dastan mengutip kata-kata ayahnya sambil menikam jantungnya sendiri dengan belati. Ia terjatuh berlutut, memuntahkan darah saat menengadah menatap kakaknya terenyak.

Di balkon Tamina menahan jerit, Nizam berhambur ke dalam ruangan. Saat itu Tus langsung memungut belati itu sebelum Nizam mengambilnya terlebih dahulu. Tus menekan permatanya. Mendadak dunia sekelilingnya membeku dan mulai bergerak mundur. Tus menyaksikan semua terbentang  dihadapannya dengan terperangah ketika Nizam mundur dari ruangan dan jasad Dastan hidup kembali. Butir pasir terakhir menitik persis sebelum Dastan menikamkan belati ke dadanya.

Sekali lagi ia bergerak untuk menusukkan belati ke dadanya, tapi kali ini Tus meraih dan mencengkram pergelangan tangannya, menghentikannya. Dastan terbengelak melihat isi gagang belati itu kosong. Ia saling berbagi senyuman dengan Tus. Dastan tersenyum dan merentangkan tangan untuk memeluk Tus. Tapi seperti sebelumnya, Nizam berhambur ke dalam ruangan. Kemudian ia menatap ke bawah dan menyadari belati yang akan di serahkan Dastan kepada Tus. Tanpa keraguan Nizam menebas tubuh Tus dengan pedang yang dicabutnya. Dastan menjerit ketika belati terpelanting dari tangan Tus dan meluncur di lantai.

Dastan melontarkan tubuh untuk meraihnya, tapi belati itu lebih dulu di pungut oleh kaum Hasansin. Nizam tidak mengindahkan sang pangeran. Ia membawa belati dan meninggalkan ruangan. Si Hasansin tinggal disana siap membunuh Dastan. Tapi Nizam tak tahu keberadaan Tamina, Tamina menjerit dan mendorong Hasansin hingga terhuyung dan memberi Dastan untuk beraksi.

Setelah mampu melepaskan diri dari Hasansin, Tamina dan Dastan lari mengejar Nizam. Para pelindung membangun lorong-lorong di bawah kota sebagai jalan rahasia menuju Jam Pasir. Mereka bisa tiba di sana sebelum Nizam jika bergerak cukup cepat. Tiba-tiba daerah Alamut bergoncang, Tamina mengatakan bahwa pintu masuk menuju Jam Pasir telah dibobol oleh Nizam, artiya Nizam hampir sampai. Mereka di hadang oleh Hasansin dan mengeluarkan ular berbisa dari tubuhnya. Ketika Dastan hampir di gigit ular tersebut, Tamina membantunya melawan Hasansin. Si pembunuh terhuyung dan melangkah mundur, terjatuh ke lubang tanpa dasar.

Tamina terkena dua titik gigitan ular berbisa, Tamina melemas dan hampir jatuh ke tanah. Tapi Tamina menyuruh Dastan untuk cepat tiba di Jam Pasir. Tamina menunjuk koridor yang mengarah ke cahaya terang. Pancaran cahaya dari Butiran Waktu. Sambil menggendong Tamina, Dastan menyusuri koridor hingga tiba di ruangan Jam Pasir yang luas.

Jam Pasir Para Dewa sungguh menakjubkan. Benar-benar kolosal dan menjulang ke atas ruangan berlangit-langit kubah tersebut. Pasirnya yang putih memancarkan cahaya menakutkan yang menari-nari di udara. Ketika Dastan menatapnya, ia bisa melihat bayang-bayang waktu berpendar di dalam kaca potongan-potongan kecil kehidupannya sendiri.


Nizam begitu masuk ke Jam Pasir tersebut belum menyadari bahwa ada Dastan di ruangan itu. Saat Nizam akan menancapkan  belati itu, Dastan melangkah keluar dari bayangan dengan pedang terhunus. Dastan ragu sesaat. Tapi sesaat itu terlalu lama, Nizam mencabut pisau dari balik jubahnya dan mengiris perut pangeran. Dastan terjerambab ke tanah. Nizam menyambar belati dan menancapkannya ke Jam Pasir Para Dewa. Ia menekan permata dan aliran pasir tanpa batas mulai mengalir melalui gagang kacanya. Tiba-tiba dunia sekeliling mereka mulai melengkung  waktu berjalan mundur.


Kacanya mulai retak dan sepertinya pasti akan pecah. Nizam menekan belati semakin ke dalam kaca. Ketika mereka bergemul, citra-citra masa lalu melesat lewat. Mereka melihat Nizam saling menfitnah ketiga pangeran. Bersekongkol dengan para Hasansin. Waktu terus berjalan mundur, dengan citra-citra  Sharaman menjerit kesakitan ketika ia mengenakan jubah beracun. Nizam menyunggingkan senyum culas pada saat itu, lalu kemarahan dalam diri Dastan memberinya kekuatan ekstra. Ia mulai menarik lebih kuat. Akhirnya kekuatan dan keteguhan hatinya menang melawan Nizam. Ia berhasil merebut belati dari tangan pamannya dan keluar dari Jam Pasir Para Dewa.

Ketika melakukannya, waktu berhenti berjalan mundur dan retakan mulai memperbaiki sendiri. Tapi kerusakan telah terjadi. Pasir yang telah terlepas terus mengalir, menciptakan arus deras. Dalam beberapa detik Dastan dan Nizam tersedot ke dalamnya dan terseret pergi...

Ketika badai pasir reda, Dastan sudah tidak lagi berada di bawah kota Alamut, ia sendirian di jalanan. Nizam tidak ada. Atau setidaknya, Nizam yang mengingat kejadian-kejadian di ruangan bawah tanah it sudah tiada. Pasir telah berhenti mengalir, tapi Dastan tetap dibawa mundur oleh waktu, ke saat penyerangan terhadap Alamut. Ia baru saja bertarung dengan si prajurit Asoka dan menemukan belati.

Dastan memikirkan kembali seluruh kerja keras dan petualangan yang baru saja dialaminya. Ia telah menyaksikan kejahatan paling keji yang hidup dalam diri manusia. Dalam diri Putri Tamina ia melihat kecantikan, kekuatan dan cinta yang tak pernah terbayangkan olehnya. Ia telah berhadapan dengan kematian dan berhasil lolos. Sekarang saat-saat itu telah dihapus oleh sejarah. Tak ada yang tahu kejadian-kejadian itu pernah berlangsung. Kecuali Dastan, meski banyak kesulitan yang dihadapinya, peristiwa-peristiwa itu tidak membuatnya lemah. Segalanya malah membuatnya semakin kuat. Ia siap menghadapi masa depan, tidak sebagai lelaki baik, melainkan sebagai lelaki yang hebat.

Ia tak sabar untuk bertemu lagi dengan Tamina lagi. Ia tak sabar untuk membuktikan bahwa Nizam adalah pengkhianat dan tak sabar untuk memeluk kakak-kakaknya serta ayahnya. Dia adalah, sekali lagi, pangeran Persia, pedang itu kuat.


Tamat



Amanat :
1.      Suatu keberanian dan kejujuran adalah kunci menjadi seseorang yang hebat.
2.      Janganlah kau menyia-nyiakan waktu, gunakan waktu sebaik mungkin !
3.      Semakin banyak kesulitan yang kita hadapi, semakin membuat kita lebih kuat.
4.       Kita harus rela berkorban demi kepentingan bersama.
5.      Kelicikan bukanlah suatu untuk menuju sukses, tapi kejujuranlah yang membuat kita mencapai segala cita-cita kita.


2 komentar:

  1. Buy Pure Titanium Earrings and Accessories
    Buy Pure Titanium titanium easy flux 125 Earrings and Accessories at iTanium-Arts.com. We ship from titanium pry bar Germany for titanium gold over titanium necklace 45 does titanium have nickel in it years and deliver over 100% natural Material: ‎Nylon, ‎ClothingMaterial: ‎Nylon, ‎Clothing

    BalasHapus